Rabu, 27 April 2011

Pemimpin dan Hamba Yang Berkenan

Setiap orang mendabakan tempat atau posisi yang memberikan mereka kepuasan dan otoritas.banyak orang merindukan posisi sebagai atasan atau pemimpin. Banyak orang tertarik dengan posisi-posisi tersebut karena hidup mereka akan nyaman dan mereka bisa mendapatkan apa yang mereka mau. Hal tersebut bertentangan dengan firman Tuhan yang menyatakan yang terbesar di sorga adalah mereka yang mau bertobat dan hidup seperti anak kecil (Matius 18: 1-6). lalu apakah menjadi pemimpin itu salah?tentu tidak. Dalam firmanNya Tuhan menyatakan jadilah kepala bukan ekor (Ulangan 28:13 TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia)
Tuhan saat-saat ini mencari hamba-hambaNya yang mau menjadi pemimpin namun, tetap memiliki ketulusan dan kemurnian seperti anak-anak kecil. Pemimpin yang berjalan dalam firmanNya dan melakukan firmanNya tanpa kompromi dengan dunia. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita menyebut diri kita hamba atau para pemimpinnya Tuhan.
Hal pertama adalah perkenanan Allah yang dimulai dengan duduk diam mendengar suaranya dan melakukan firmanNya. Saya belajar mengenai perkenan Allah melalui hidup seorang perempuan yang luar biasa yang bernama Maria. Maria yang saya maksud adalah Maria dari Betania. Seorang perempuan yang mengerti kehendak dan kesukaan Tuhan. Maria tahu bagaimana menyenangkan hati Guru dan Tuhannya. Yesus adalah prioritas utama dalam hidupnya bukan pelayanan. Ia lebih memilih duduk diam di bawah kaki Yesus dan mendengarkan setiap firman Tuhan. Hal inilah yang terkadang dilupakan oleh orang-orang yang sibuk dengan berbagai hal. Banyak orang bahkan saya sendiri kadang mendukakan hati Tuhan. Terlalu bahagia dengan pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan percayakan, sampai lupa pada Sang pemberi hidup.
Maria mendapatkan perkenanan Allah karena ia tahu bagaimana menempatkan diri dan fokusnya benar. Saya merasa tertemplak ketika saya membaca Lukas 10:38-42. Awalnya saya heran, mengapa Tuhan lebih memuji perbuatan Maria daripada Marta. Dulu saya pikir menjadi hamba Tuhan adalah melakukan semua pekerjaan Tuhan dengan sebaik-baiknya. Dan menurut kacamata dunia, bekerja keras adalah hal yang wajib dimiliki seseorang jika ia ingin kelimpahan. Menurut saya ada pertentangan yang sangat jelas dalam perikop itu. Mengapa orang yang nampaknya malas malah mendapat pujian dari Allah? Ternyata jawabannya sangat simpel. Tuhan menghendaki fokus kita hanya pada Dia dan firmanNya.
Kemarin tanggal 4 September 2010 pagi, saya mendapat pemahaman baru mengenai duduk diam di kaki Tuhan sebelum atau sesudah pelayanan. Dalam Lukas 10:25-37 dipaparkan tentang orang Samaria yang murah hati. Perikop ini secara tesirat memberi pesan bahwa, ketika kita membantu seseorang atau melayani seseorang haruslah total dan maksimal. Tidak memandang latar belakang atau kondisi orang yang kita tolong. Perikop ini berbicara mengenai pelayanan. Sedangkan perikop berikutnya yaitu Maria dan Marta berbicara mengenai fokus atau pusat perhatian. Saya mendapatkan sebuah simpulan. Bahwa hamba yang berkenan adalah hamba yang mampu memberi yang terbaik bagi Tuhan dan memilih tempat terbaik yaitu duduk diam di bawah kaki Tuhan.
Hal berikutnya yang saya dapatkan mengenai pemimpin dan hamba yang berkenan adalah dia harus memiliki jiwa penginjilan yang besar. Maksudnya adalah pemimpin dan hamba Tuhan itu mengerti detak jantung Tuhan yaitu jiwa-jiwa. Tanggal 4 September 2010 sore, saya mendapatkan satu rahasia lagi mengenai hamba Tuhan yang berkenan. Detak jantung Tuhan adalah keselamatan atas jiwa-jiwa. Itulah yang melatarbelakangi Tuhan untuk turun ke dunia dan menanggung dosa manusia melalui penyaliban. Saya baru menyadari, ternyata penginjilan adalah salah satu hal yang harus diperhatikan oleh setiap pemimpin dan hambaNya. Melalui penginjilan kita bisa mempermulyakan nama Tuhan dan memeriahkan surga.
Kejatuhan dosa manusia pertama membuat hubungan manusia denga Tuhan hancur. Namun, ketika Yesus hadir, mati dan bangkit maka hubungan manusia dengan Allah menjadi lebih mudah. Allah memang pribadi yang Maha Kudus dan dahsyat. Tidak ada satu manusia pun yang tahan dengan hadiratNya. Tapi karena kasihNya pada kita, Ia mengaruniakan Yesus. Yesuslah pendamai manusia dan Tuhan. Karena itu sudah sewajarnya sebagai duta-duta kerajaan Allah kita harus menyebarkan Injil kebenaran yang menyatakan kelahiran Yesus yang menyelamatkan.
Sebagai seorang pemimpin dan hambaNya kita harus tahu visi dan misi Tuhan ini. Saya percaya ketika kita memiliki hati untuk jiwa-jiwa itu, kita juga memiliki hati Tuhan dan mengerti kerinduan Tuhan. Ketika kita berani memberitakan Injil tersebut, sesungguhnya Tuhan telah mengalirkan kuasaNya atas kita. Karena itu dimanapun dan kapanpun milikilah kerinduan untuk mengkabarkan Injil. Ada pertanyaan yang mungkin muncul dalam hati kita. Saya bukanlah pendeta dan saya tidak tahu bagaimana harus mengkabarkan Injil? Pertanyaan itu juga pernah terbersit dalam diri saya. Lalu apa yang saya lakukan? Yang pertama yang saya lakukan adalah melakukan tindakan profetik yaitu mengenakan selengkap senjata Allah Efesus 6:10-24. Saya memperkatakan dan melakukan perikop itu, dan saya merasa bahwa Allah beserta saya. Langkah berikutnya adalah saya membuka diri untuk menjadi "tong sampah" atau "pemulung" yang mau menampung keluh kesah orang. Kemudian secara perlahan saya selipkan kesaksian-kesaksian mengenai kebaikan Yesus. Dari situlah injil kebenaran saya sampaikan.
Hal terakhir yang ingin saya bagikan sebagai pemimpin dan hamba yang berkenan, kita harus takut akan Tuhan. Minggu siang tanggal 5 September 2010 di ibadah Youth saya belajar mengenai takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan di sini berbicara mengenai sikap hormat pada Allah dan melakukan setiap perkataanNya dengan sikap yang total. Dalam kitab Amsal banyak dijelaskan tentang hal ini. Takut akan Tuhan adalah permulaan dari pengetahuan (Amsal 1:7), Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian (Amsal 9:10) dan masih banyak lagi di kitab Amsal maupun kitab lain yang menuliskan dengan tegas tiga kata ini.
Duduk diam di kaki Tuhan, memberitakan Injil dan takut akan Tuhan adalah tiga hal yang saya dapatkan ketika kita mau menjadi pemimpin dan hambaNya yang berkenan. Sebelum melangkah duduklah di bawah kaki Tuhan dan perhatikanlah setiap firmanNya. Kabarkanlah Injilnya dimanapun kita berada dan senantiasa takutlah pada Allah yang melihat setiap perbuatan kita.
Saya persembahkan untuk setiap orang yang siap menjalankan perintah agungNya menjadi pemimpin-pemimpin dan hambaNya
Tuhan Yesus Memberkati


Tidak ada komentar:

Posting Komentar