Rabu, 27 April 2011

Merespon Panggilan Tuhan 1 (Antara Pilihan dan Panggilan)

Merespon Panggilan Tuhan 1
(Antara Pilihan dan Panggilan)

Mikha 2: 13”Penerobos akan maju di depan mereka; mereka akan menerobos dan berjalan melewati pintu gerbang dan akan keluar dari situ. Raja mereka akan berjalan terus depan mereka, Tuhan sendiri di kepala barisan mereka!”

Di dalam menjalani kehidupan seseorang sering diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Ada kalanya seseorang terhenti berpikir dan mencari sebuah jawaban hanya untuk menentukan pilihan mana yang akan diambil. Apakah melangkah ke kiri? Atau mungkin melangkah ke kanan?Apakah ia akan memakai baju merah? Atau baju biru? Setiap waktu manusia selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Pilihan tersebut bisa lebih dari dua atau bahkan berjumlah ratusan.. Bayangkan saja jika kita pergi ke suatu pasar atau mall kita diperhadapkan dengan pilihan-pilihan yang kadang membuat kita bertanya-tanya. Terhenti dan bertanya, karena kita bingung akan memilih barang dengan merk tertentu. Hal itu membuktikan bahwa manusia harus peka atau bisa meresponi pilihan yang ada dengan bijak.
Pilihan dan panggilan. Kedua hal yang menurut saya sangat berbeda. Pilihan merupakan salah satu 'produk' atau 'hasil' dari penetapan hati kita, sedang panggilan adalah sesuatu yang memang sudah ditetapkan oleh Tuhan dan dilengkapi dengan bakat, kemampuan dan segala yang mendukung panggilan itu.Pilihan itu berasal dari kehendak bebas kita sebagai manusia. Konsekuensi dari sebuah pilihan akan kita tanggung, sesuai dengan pilihan yang telah kita ambil. Memang benar, Tuhan itu Allah yang selalu siap menolong dan menjagai. Namun, Tuhan juga Allah yang maha adil. Ia tidak pernah memaksa anak-anakNya untuk masuk dalam keinginanNya, karena manusia diberikan satu kebebasan untuk memilih.
Menjadi seorang penerobos itu pilihan ataukah panggilan? Dua tahun yang lalu ada tiga murid saya yang datang untuk mengungkapkan isi hati mereka. Saat itu saya tidak berpikir apapun, saya menanggapi curahan hati mereka dengan hati yang biasa-biasa saya, sama seperti murid-murid lain yang hendak mengadu masalah pelajaran. Saya tidak pernah berpikir apa yang akan saya dengarkan adalah sebuah panggilan hati mereka. Mereka mengungkapkan suatu cerita tentang teman mereka yang pernah tidak naik kelas karena alasan akademik. Mereka bertiga nampak serius dan antusias dalam menceritakan kisah anak yang memang kurang dalam memahami pelajaran.
Satu kata yang langsung menusuk hati saya saat itu, yaitu kata doa. Mereka mengajak saya untuk berdoa secara pribadi. Hanya berempat di suatu ruang yang sudah kosong saat pulang sekolah. Getaran yang sungguh membuat saya terhenti untuk memilih. Saya hanya mengangguk dan berkata ya. Tanpa pernah saya berpikir mengenai hal lain. Saat itu yang ada dalam otak dan hati saya hanya satu kata itu yaitu doa. Memang murid yang diceritakan oleh ketiga murid saya itu, bukanlah murid yang sulit untuk diajar. Anak itu sebenarnya bisa mengejar ketinggalan mereka, dengan dua hal yaitu usaha dan doa. Hari itu saya tetapkan hati saya untuk berdoa khusus bagi anak itu. Seminggu sekali kami berempat berkumpul dan mendiskusikan perkembangan anak itu. Puji Tuhan, anak itu mau berubah. Berubah menjadi rajin dan meningkatkan nilai-nilai di setiap pelajaran yang ada. Kami berempat ternyata menikmati buah manis dari hasil doa kami. Sekalipun tidak ada yang mengetahui apa yang kami lakukan itu. Anak itu bisa naik kelas dan bahkan ia sekarang bisa lulus dari bangku SMP.
Seandainya kami tidak merespon panggilan untuk berdoa khusus, mungkin sekarang segala sesuatunya berbeda. Ketiga anak yang berdoa itu di hadiahi kepekaan dan karunia-karunia yang luar biasa. Mereka memang masih muda, namun mereka tahu arti panggilan sebagai seorang penerobos. Sekalipun apa yang mereka lakukan itu adalah hal sepele dan tidak masuk hitungan logika. Tapi mereka telah membuahkan sebuah gerakan doa yang tidak akan pernah terhenti. Front line generation suatu gerakan yang lahir dari sebuah visi, yaitu menghadirkan Yesus dalam segala aspek termasuk pendidikan.
Ketaatan ketiga murid saya, telah membuat hati saya semakin mantap untuk menjawab panggilan Tuhan. Awalnya saat saya menjadi guru saya kurang yakin dan tidak percaya diri. Saya sempat berpikir, bagaimana cara saya menghadapi guru-guru yang lain, bagaimana cara saya menghadapi murid-murid yang kadang di luar perkiraan saya, bagaimana saya menghadapi orang tua murid jika anak mereka bermasalah dengan saya. Saat tahun pertama adalah tahun terberat dalam hidup saya menjadi guru. Saya sempat ragu dan hendak pergi meninggalkan tugas itu. Tetesan air mata yang tak tertahankan sering menghujani wajah saya dan kadang sempat menyerah dengan kondisi yang ada. Penyesuaian diri yang cukup menguras perasaan dan terkadang harus memilih sesuatu yang bertentangan dengan hati.
Menjadi seorang penerobos menurut saya adalah panggilan dari Tuhan. Terobosan yang saya maksudkan adalah terobosan dari dalam diri dan terobosan yang terjadi diluar. Terobosan yang paling sederhana adalah terobosan dalam diri sendiri. Menaklukan keinginan daging dan menggantinya dengan kehendak Tuhan. Melakukan terobosan itu butuh bayar harga dan kadang membuat luka di hati. Salah satu contohnya adalah saat saya diajar Tuhan untuk memberikan sesuatu yang berharga dan saya jaga. Saya menabung untuk rencana makan malam saya dengan seseorang yang saya sayangi. Saya datang di sebuah retret youth. Saat Retret itu hati saya bergetar ketika ada firman Tuhan tentang memberi. Muncul suara dari dalam hati saya untuk memberikan semua tabungan saya itu. Saya memberikan uang saya dengan rasa sakit. Saya maju memberikan uang itu dengan menangis dan menatap langit. “Tuhan aku mau belajar mengasihi kehendakMu dibanding cintaku pada uang ini.” Pada saat itu muncul luka di hati saya, karena saya gagal makan malam dengan seseorang yang saya kasihi. Sejak hari itu, muncul terobosan dari dalam diri saya, yaitu saya belajar rela melepas.Saya merasa apa yang Tuhan berikan dalam hidup ini adalah anugrah. Jadi, jika suatu saat Tuhan memintanya, dengan sukacita saya memberikan. Menyerahkan kehendak bebas dan mengantikannya dengan kehendak Tuhan adalah salah satu terobosan dalam diri yang sedang saya kerjakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar