Rabu, 27 April 2011

Ketulusan Sebuah Pengampunan

Yohanes 8:2-11
8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Pengampunan adalah pembebasan dari hukuman atau tuntutan. Kata pengampunan sering kita jumpai ataupun rasakan. Apakah kita adalah salah satu orang yang akan dengan mudah memberi kata tersebut?ataukah kita adalah orang yang memiliki harga mahal untuk sebuah pengampunan?
Seringkali dalam bersosialisasi dengan sesama, kita jumpai benturan-benturan atau proses yang melelahkan jiwa dan hati. Seseorang akan merasa sedih ataupun benci dengan orang lain hanya karena mereka salah dalam bertindak atau berbicara. Banyak orang menyukai kenyaman, dan jika kenyamannya tersebut di rusak oleh pihak lain, bisa jadi orang tersebut akan sulit mengampuni "penganggu" hidupnya.
Yesus adalah teladan yang suci. Ia mampu memberikan ketulusan dan kasih. Yesus juga mengampuni kesalahan seorang perempuan yang telah dianggap "sampah". Apa yang dikatakan perempuan itu hingga Yesus mengampuninya?Apa yang dijanjikan atau ditawarkan perempuan itu hingga Yesus dengan tenang berkata “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”?Siapakah perempuan itu hingga Yesus tidak menimpakan hukuman atas dia?
Pertanyaan-pertanyaan di atas mengusik hati saya. Saya tahu perempuan itu adalah sebuah lambang. Dia adalah tanda atau perwakilan kita. Perempuan itu adalah perempuan yang berzinah dan pasti tidak dapat menjaga kekudusan tubuh, jiwa, dan roh. Wanita itu adalah gambaran kondisi kita. Orang-orang yang masih terus bergumul dengan berbagai masalah dan dosa.
Pada dasarnya semua orang telah berdosa dan kehilangan anugrah keselamatan. Namun, kisah perempuan berzinah itu membuktikan adanya ketulusan dalam pengampunan Yesus. Perempuan itu tidak berkata apapun yang membuat Yesus yakin akan kebenarannya. Perempuan itu juga bukanlah orang hebat atau berpengaruh. Perempuan itu justru perempuan yang hidup dalam kenajisan. Lalu mengapa Yesus memberi pengampunan?Jawabnya adalah karena begitu besar kasih Allah pada kita ciptaanNya dan karena Yesus tahu kedalaman hati seseorang yang telah berdosa.Apakah kita lebih hebat dari Yesus?hingga kita sulit mengampuni kesalahan orang??

By Grace Elisabet Enny Ernawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar